Diabetes Melitus pada Anak dan Tips untuk Mencegahnya

Hai, Miks!

Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik dengan ciri dan karakteristik terjadinya hiperglikemia karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulian atau keduanya sekaligus. Indonesia menempati peringkat ke-6 dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah Meksiko. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi akan terjadi kenaikan kasus diabetes melitus tipe 2 hingga mencapai 21,3% di tahun 2030.

Menurut International Diabetes Federation (IDF) diperkirakan kasus diabetes melitus ini akan meningkat mencapai 14,1 juta pada tahun 2035(2). Hasil riset kesehatan dasar di Indonesia tahun 2018 prevalensi diabetes melitus tipe 2 mencapai 10,9%, prevalensi terkecil berada pada Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) 1%, sedangkan prevalensi tertinggi di Ibu Kota Negara Jakarta mencapai 33%.

Diabetes Melitus Bisa Terjadi pada Anak

Miks, ternyata diabetes melitus bisa terjadi pada anak, lo. Pubertas sangat berperan dalam terjadinya diabetes miletus tipe 2 pada anak. Selama pubertas, akan terjadi peningkatan resistensi terhadap aksi insulin yang menyebabkan terjadinya hyperinsulinemia. Setelah masa pubertas terlewati, responinsulin basal dan terstimulasi menurun. Hormon pertumbuhan masa pubertas meningkat, seiring terjadinya resistensi insulin. Oleh karena itu, diabetes bisa terjadi bersamaan dengan usia pubertas. Obesitas pada anak dan remaja juga diprediksi dapat meningkatkan kadar gula darah.

Faktor Penyebab Diabetes Melitus pada Anak

Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 adalah obesitas dan riwayat keluarga dengan diabetes melitus tipe 2. Faktor risiko lainnya karena berat badan lahir rendah (BBLR)  dan status gizi buruk (IMT rendah) pada usia 2 tahun. Gambaran klinis anak dan remaja dengan diabetes melitus tipe 2 ini bisa bervariasi, Miks, dari hiperglikemi tanpa gejala yang ditemukan pada skrining,  pemeriksaan fisik rutin sampai koma ketoasidosis (25% pasien), atau status hiperosmolar hiperglikemik yang bisa meningkatkan risiko mortalitas.

Kebiasaan mengonsumi makanan cepat saji (fast food) dan obesitas berhubungan secara signifikan terhadap kejadian diabetes melitus. Dari hasil penelitian di Amerika menyebutkan bahwa ada hubungan antara lingkungan sosial dan lingkungan fisik terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2 dengan tidak mengontrol aktivitas fisik, BMI, etnis, dan sosial ekonomi.  Penelitian yang dilakukan di Bulgaria menemukan bahwa jenis kelamin, umur, sosial ekonomi, pekerjaan, kebiasaan diet, konsumsi alkohol, kebisingan, dan merokok berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2.

Di Amerika Serikat dan Eropa, hampir semua anak dan remaja dengan DM tipe 2 mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas persentil 85 sesuai usia dan jenis kelamin.  Namun, di Jepang 15% anak DM tipe 2 tidak obesitas dan di Taiwan 50% tidak obesitas. Rasio laki-laki dan perempuan bervariasi antara 1:4 – 1:6 di Amerika Utara, hingga 1:1 di Asia dan Libia. Di Amerika dan Eropa, anak dan remaja dengan DM tipe 2 banyak berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah, sementara di Cina dan India lebih banyak ditemukan pada keluarga kaya dan mampu.

Peran Serta Pemerintah dalam Pengendalian Diabetes Melitus

Pengendalian penyakit diabetes melitus ini sudah banyak dilakukan pemerintah Indonesia antara lain pemberian edukasi perencanaan makan, latihan jasmani, bahkan penggunaan obat-obatan baik dengan oral maupun suntik insulin. Meskipun pengobatan tersebut memberikan efek positif terhadap penurunan kadar gula darah, terapi dengan obat tersebut akan menimbulkan efek samping. Berdasarkan hasil penelitian Putra dkk, 2017 menyatakan bahwa efek samping penggunaan obat diabetes melitus berpotensi menimbulkan penambahan berat badan, kelemahan pada tubuh, perut kembung, diare, dan asidosis asam laktat. Selain itu, pada pasien DM dapat terjadi gangguan ginjal, serta terjadinya konstipasi, tremor, hipoglikemia(7).

Upaya lain yang dapat dilakukan oleh milenial zaman now adalah mengonsumsi jus lidah buaya. Berdasarkan hasil penelitian dengan pemberian jus lidah buaya menunjukkan terjadinya penurunan kadar gula darah mencapai 28,42gr/dl dan penurunan glukosa darah 2 jam pp mencapai 40,57 gr/dl. Hasil penelitian di Iran dengan terapi infra merah dan pemberian aloe vera secara signifikan dapat menyembuhkan luka borok pada pasien diabetes melitus.

Tips Mencegah Diabetes Melitus

Nah, Miks, untuk mencegah diabetes melitus yang bisa menyerang anak-anak muda milenial, ikuti tips berikut, ya.

  1. Ikuti kelas edukasi, biasanya dilakukan oleh puskesmas. Edukasi ini fokus pada perubahan gaya hidup dan aktivitas fisik yang tidak baik menjadi lebih baik. Sebaiknya, hindari mengonsumsi ragam makanan siap saji dan mager (malas gerak). Mulai sekarang, konsumsi makanan bergizi dan seimbang, ya.
  2. Lakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang 60 menit per hari. Aktivitas ini bisa Miks lakukan tiga kali dalam sehari.
  3. Bagi Miks yang malas gerak, sebaiknya frekuensi aktivitasnya ditingkatka Namun, tetap memperhatikan durasi dan intensitas aktifitas fisik secara bertahap agar tubuh tidak syok.
  4. Bagi laki-laki hindari kebiasaan merokok.
  5. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
  6. Kurangi makan dan minuman yang manis.

Jangan kesehatan Anda dan keluarga dengan mulai mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang serta lakukan olahraga, ya, Miks. Semoga bermanfaat.

 

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.