Jangan Takut! Lakukan Hal Ini Jika Anak Anda ADHD!

Hai, Miks!

Mempunyai anak yang sehat tentunya menjadi idaman setiap orang tua. Namun, jika pada kenyataannya yang terjadi adalah sebaliknya, tentu akan membuat setiap orang tua merasa sedih, cemas, dan takut jika anaknya tidak akan mampu menghadapi dan menjalani kehidupannya dengan baik.

Perilaku dan tingkah laku anak setiap anak akan berbeda. Ada anak yang biasa-biasa saja, bisa menjalani hidup kesehariannya dengan baik, dan normal pada umumnya. Ada pula anak yang aktif berlebihan, biasa sering kita dengar dengan istilah hiperaktif. Di mana perilaku anak ini cenderung tidak bisa diam, selalu mengganggu teman, tidak dapat duduk tenang, tidak dapat berkonsentrasi, dan seolah-olah tidak memperhatikan instruksi atau perintah yang diberikan. Biasanya, anak-anak dengan perilaku negatif seperti itu seringkali dicap sebagai anak nakal, anak yang sulit diatur, anak malas atau bahkan anak bodoh.

Sebenarnya, tingkah laku anak yang selalu aktif merupakan sesuatu hal yang wajar karena pada dasarnya masa kanak-kanak merupakan masa di mana mereka mengeksplorasi dan mengenal lingkungan mereka melalui berbagai macam aktivitas gerak. Akan tetapi, akan menjadi tidak wajar jika perilaku anak cenderung negatif dan berlebihan. Kadang banyak orang tua yang sering merasa kesal dan mengeluh ketika anaknya bergerak ke sana kemari atau tidak bisa diam dan seolah tidak mengenal lelah dari pagi sejak bangun tidur hingga malam menjelang waktunya tidur.

Menurut Dr. Suzy Yusna Dewi (Psikiater anak dan remaja), jika ditinjau dari sisi psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan oleh disfungsi neurologis dengan gejala utama ketidakmampuan memusatkan perhatian, impulsivitas, dan aktivitas gerak yang berlebih (hiperaktif).

Psikiater dari RSJ Dr Soeharto Herdjan Grogol sekaligus pemilik Sekolah dan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus Talenta Center ini mengatakan, gangguan ini disebabkan kerusakan atau gangguan pada sistem syaraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit untuk dikendalikan.

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau lebih dikenal dengan istilah ADHD (Attention Deficit and Hiperactivity Disorder) atau biasa disebut juga dengan nama gangguan hiperkinetik.

Gangguan hiperkinetik atau ADHD adalah gangguan yang timbul pada anak di masa perkembangan dini (sebelum usia 7 tahun) dengan ciri utama ketidakmampuan memusatkan perhatian (inatensi), hiperaktivitas dan impulsif. Ciri lainnya yaitu intelektualitas rendah, destruktif, kemampuan bersosialisasi, dan berkomunikasi rendah.

1. Ketidakmampuan Memusatkan Perhatian (Inatensi)

Anak ADHD akan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga apa yang dilakukan menjadi tidak terarah. Anak ini cenderung tidak memperhatikan, selalu gagal dalam menyelesaikan tugas, tidak rapi, menghindari usaha dan tugas yang berkepenjangan (membutuhkan waktu yang lama), sering kehilangan benda miliknya, perhatian mudah beralih, ceroboh dan pelupa.

 2. Hiperaktivitas

Jelas sekali anak ADHD akan terlihat mudah gelisah, tidak bisa diam dalam melakukan satu kegiatan, selalu meninggalkan tempat duduknya, selalu bergerak seolah tenaganya tidak pernah habis, memanjat atau berlari berlebihan, selalu tergesa-gesa dan terlalu banyak berbicara.

 3. Impulsif

Anak ADHD terlihat selalu tergesa-gesa dalam menjawab pertanyaan dari orang lain padahal pertanyaan yang diberikan belum selesai, tidak dapat menunggu giliran, selalu menyanggah atau menginterupsi pembicaraan, seringkali mengganggu orang lain, dan sulit untuk menunggu giliran saat mengantri dalam satu kegiatan.

 4. Intelektualitas Rendah

Seringkali anak ADHD memiliki intelektualitas yang berada di bawah rata-rata anak normal. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ketidakmampuan dalam berkonsentrasi dan psikologis mental yang terganggu sehingga ia tidak dapat menunjukkan kemampuan kreatifnya.

 5. Destruktif

Perilaku yang juga terlihat dari anak ADHD adalah perilaku destruktif atau merusak. Misalnya dalam menyusun puzzle, balok atau lego, anak ini cenderung akan merusak, mengacak-acak atau menghancurkan mainan tersebut. Bukan hanya pada mainan, biasanya barang-barang di rumah yang berada dalam jangkauannya akan dihancurkan atau dirusak.

 6. Kemampuan Bersosialisasi Rendah

Anak ADHD akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Hal ini dikarenakan mereka belum mengerti bagaimana caranya bermain dengan teman sebaya dengan benar. Mereka lebih sering mengganggu bahkan menyakiti teman sebaya atau teman sepermainan tanpa alasan yang jelas sehingga tidak ada teman yang mau bermain dengannya.

 7. Kemampuan Berkomunikasi Rendah

Beberapa anak ADHD memiliki kemampuan berkomunikasi yang rendah, terutama yang memiliki riwayat keterlambatan bicara (speech delay). Biasanya anak ADHD dengan riwayat seperti itu akan mengalami hambatan dalam berkomunikasi baik dengan orang tua, teman, dan orang yang berada di lingkungannya.

Setelah mengenali ciri anak ADHD, sebaiknya apa yang harus dilakukan jika ternyata anak tersebut mempunyai ciri-ciri ADHD? Bila ternyata anak anda ADHD, sebaiknya beberapa langkah ini harus Anda lakukan.

Lakukan Observasi Sederhana

Diagnosa pasti apakah seorang anak termasuk ADHD atau tidak, harus melalui pemeriksaan ahli seperti seorang psikiater atau psikolog. Akan tetapi, untuk observasi awal, orang tua dapat melakukan prediksi melalui observasi sederhana.

Lakukan observasi dengan ciri-ciri anak ADHD seperti yang telah disebutkan di atas. Ciri-ciri gangguan ADHD sebenarnya baru terdeteksi saat anak berusia 4 tahun atau di usia masuk sekolah. Jika terlihat ciri-ciri ada pada anak tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli untuk mempertegas diagnosa dan mencari solusi untuk mengatasi perilaku yang negatif yang ada.

Terimalah Kondisi Anak

Hal yang pertama dan utama yang harus dilakukan oleh orang tua setelah mengetahui diagnosis anak adalah menerima kondisi anak. Jika sudah dapat menerima kondisi anak, orang tua akan lebih baik dalam melakukan penanganan anak selanjutnya. Yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua, jangan pernah memiliki ekspektasi atau target yang tinggi kepada anak. Biarkan anak berkembang dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Kembangkanlah jika memang ada minat dan bakat dalam diri anak yang akan bermanfaat untuk kehidupannya di kemudian hari.

Orang tua harus menyadari bahwa bukan kemauan anak berperilaku demikian, melainkan hal ini lebih disebabkan karena adanya gangguan pada neurotransmitter otak yang menyebabkan anak memiliki perilaku hiperaktif. Orang tua harus mau belajar dan mencari informasi mengenai diagnosis anaknya agar lebih banyak mengetahui bagaimana cara mengatasi perilaku anak dan perkembangan selanjutnya bagi anak.

Kerjasama dan Dukungan dari Orang tua dan Saudara

Kerjasama antara kedua orang tua sangat penting dan harus terjalin dengan baik agar anak dapat ditangani dengan baik. Dukungan keluarga yang lain pun sangat penting dalam memahami apa yang dihadapi oleh anak.

Perbaiki Perilaku Anak

Hal lain yang perlu penanganan dengan segera adalah perilaku anak terutama perilaku negatif yang cenderung destruktif, yang selain membahayakan diri sendiri bisa juga membahayakan orang lain. Hal ini perlu dilakukan agar perilakunya lebih terarah.

Untuk melakukan hal ini, perlu adanya bantuan dari ahli seperti psikologi atau psikiater anak. Biasanya saran yang diberikan oleh ahli adalah bagaimana menyalurkan energi anak pada kegiatan-kegiatan yang positif yang disukai oleh anak.

Selain kegiatan untuk menyalurkan energi anak yang terlalu berlebihan, orang tua juga akan diberikan kiat-kiat lain bagaimana mengelola emosi saat anak mengalami gejolak emosi atau tantrum, bagaimana mengarahkan minat, dan bakat yang ada pada diri anak.

Terapi

Bila gangguan yang dialami tergolong parah, biasanya psikolog atau psikiater anak akan menyarankan untuk dilakukan terapi perilaku (behaviour theraphy). Dalam terapi ini, anak akan diajarkan perilaku mana yang boleh dan mana yang tidak. Terapi ini lebih menekankan pada:

  • Kemampuan berkonsentrasi agar dapat memahami instruksi (anak tidak memahami instruksi jika tidak dapat berkonsentrasi).
  • Kepatuhan terhadap instruksi/perintah (karena anak hiperaktif cenderung mengabaikan instruksi/perintah).
  • Bagaimana anak diajarkan agar dapat duduk tenang.
  • Melakukan kontak mata dengan lawan bicara maupun kontak mata dengan kegiatan yang sedang dilakukan.

Selain terapi perilaku yang diberikan, biasanya ada beberapa terapi yang direkomendasikan oleh psikiater anak atau psikolog sesuai dengan kebutuhan anak, misalnya terapi okupasi yang didalamnya ada metode sensori integrasi dan terapi wicara. Manfaat dari terapi sangat membantu anak dalam berperilaku baik dengan orang terdekat maupun dengan orang-orang disekitarnya dan membantu kekurangan lain yang ada pada diri anak.

Sediakan Sarana

Untuk mengantisipasi aktivitas dan gerakan-gerakan anak yang hiperkatif atau tidak bisa diam, sebaiknya ruangan untuk anak bermain dirancang sedemikian rupa agar tidak terlalu sempit dan banyak barang. Hal ini untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, misalnya anak terbentur, tersandung atau bahkan memecahkan dan merusak barang-barang berharga. Akan lebih baik jika di rumah terdapat halaman yang cukup luas untuk anak dapat menyalurkan energinya yang berlebih dengan bermain-main di halaman.

Demikian, Miks.

Dianugerahi anak berkebutuhan khusus memang bukan sesuatu hal yang mudah untuk dijalani. Akan tetapi, jika mau belajar dan menerima kondisi anak, kita akan belajar banyak dari anak. Anak akan mengajari kita bagaimana harus belajar bersabar menghadapi sikap dan tingkah lakunya, bagaimana harus menjadi kuat dan tidak mudah putus asa menghadapi kemungkinan apa saja yang akan terjadi.

Tetap bersyukur dan berbahagia dengan apa yang dijalani. Cintai dan terimalah apa pun kondisi anak, lihat potensi dan kelebihan yang dimiliki anak agar dapat kita asah menjadi sesuatu yang membanggakan.

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.