Pentingnya Pengalaman Kecewa Pada Anak

 

Halo, Miks! Apa kabar hari ini? Semoga tidak bertemu dengan rasa kecewa dan bahagia selalu, ya. Aamiin.

Ngomong-ngomong tentang kecewa, apakah Anda tahu betapa penting mengenalkan rasa itu kepada anak? Anda pasti pernah mengalami kecewa. Apa sih kecewa itu? Mengapa penting buat anak? Yuk, simak baik-baik!

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, 1) kecewa memiliki arti kecil hati, tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dan sebagainya), tidak senang, 2) cacat, cela, 3) gagal (tidak berhasil) dalam usahanya dan sebagainya.

Pada umumnya orang tidak menyukai rasa kecewa ini. Mengapa? Sebab, rasa tersebut bisa berakibat munculnya perasaan negatif lain yang sangat mengganggu dan tidak nyaman di hati. Antara lain perasaan marah, sedih, terluka, sakit hati, bahkan dendam kesumat. Serem, kan? Jadi, jangan heran kalau hari ini kita membahasnya.

Banyak sisi positif yang bisa diambil dengan memberikan pengalaman kecewa kepada anak.  Pertama, anak belajar menghargai hak orang lain. Ia akan menyadari bahwa tidak semua keinginan dan kemauannya bisa terwujud dengan merampas hak orang lain. Ada norma dan etika dalam masyarakat yang harus dihormati.

Kedua, anak yang pernah mengalami kekecewaan akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah patah. Ia menjadi lebih pengertian dengan tidak menuntut hak di luar kemampuan orang tuanya dan mampu menerima dengan lapang dada ketika keinginannya tertunda.

Ketiga, anak belajar memandang positif terhadap kekecewaan yang dialaminya. Ia tidak akan menghindar dari perasaan negattif tersebut dan cenderung mencari hikmahnya.

Keempat, memberikan pengalaman kecewa kepada anak dapat melatihnya senantiasa siap menghadapi permasalahan hidup. Apapun masalah itu, ia akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menemukan solusi. Biarkan anak Anda tumbuh berkembang menjadi pribadi kuat dan mampu menyelesaikan masalah-masalahnya secara mandiri.

Anda bisa mengenalkan rasa kecewa dengan membuat agenda yang disengaja. Mulailah dari masalah yang sederhana hingga ke kompleks secara bertahap. Lakukan kerjasama dengan seluruh anggota keluarga dan jika perlu dengan tetangga sekitar untuk bersikap sama dalam menyiasati kekecewaan anak. Amati reaksi anak dan buatlah catatan khusus sampai memperoleh kesimpulan bahwa anak sudah siap merasa kecewa.

Realita di sekitar kita, tidak sedikit orang tua yang beranggapan bahwa anak tidak boleh kecewa. Mereka biasanya melakukan beragam cara untuk membuat anak terpuaskan sesuai keinginan dan kemauannya. Malah ada yang memaksakan diri memenuhi keinginan anak demi menghindari yang namanya kecewa. Tragisnya, apabila anak beranggapan bahwa semua yang diinginkan harus terwujud apapun caranya. Termasuk menghalalkan berbagai cara asalkan tercapai. Bahaya ‘kan?

Anda tidak selamanya bersama anak maka berhati-hatilah dalam bersikap terutama ketika ia merasakan kecewa. Tidak perlu berlebihan, cukup jelaskan padanya bahwa rasa kecewa merupakan suatu perasaan yang wajar dan normal. Semua orang pernah mengalaminya, termasuk Anda. Jangan pernah berpura-pura merasa baik-baik saja, sebab anak akan dibuat bingung oleh sikap Anda.

Coba bayangkan bila anak kesayangan Anda tidak pernah mengalami kekecewaan karena memang tidak dikenalkan. Anak akan menjelma menjadi manusia dewasa yang egois dan tidak bisa berempati kepada orang lain. Anda pasti juga tidak mau jika anak bergantung kepada orang tua dan jauh dari kemandirian karena takut gagal dan merasa kecewa.

Semoga bermanfaat, ya, Miks!

Kota Bandung, 16 Juni 2020

#Tantangan Makmood Publishing hari ke-2

Tinggalkan komentar