Halo Miks!
Pernahkah merasa sedih karena belum bisa memberi sesuatu kepada orang tua? Merasa belum bisa berbakti? Belum bisa membahagiakannya sampai usia kita menjadi orang tua juga? Sebenarnya, orang tua adalah seorang yang paling pertama bersedih ketika melihat anaknya gagal, seorang yang paling berbahagia ketika melihat anaknya telah dapat berbuat baik. Irsyadul Ibad, seorang mualaf yang coba berbakti kepada orang tuanya dengan cara terus mendo’akan dan berusaha menjadi anak shaleh. Banyak aral melintang yang patut dijadikan renungan dan jadi refleksi diri untuk terus mencintai orang tua dan menjadikan mereka salah satu cara untuk menggapai surga Allah SWT.
Irsyadul Ibad terbuka hatinya mengenal Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dari tingkat SMA, namun ia baru mengucapkan dua kalimah syahadat ketika dia akan lulus pada tahun 2010. Masa yang sulit, sebab sejak masa itu kedua orang tuanya tidak mengakui lagi sebagai anak. Apakah komunikasinya terputus sejak saat itu? Dari pihak orang tua, iya! Mereka memboikot untuk tidak memberikan kiriman uang dan tidak bertanya kabar. Namun, Irsyadul Ibad yang merupakan founder @cintaislamselamanya mencoba untuk bersilahturahmi kepada orangtuanya meskipun mengalami penolakan.
Masa yang sulit harus dihadapi oleh seorang Irsyadul, pada usianya yang masih muda. yang seharusnya mendapat bimbingan dan dukungan dari orang tua, harus terasing. Beruntungnya, ia tetap konsisten berada pada lingkungan yang baik. Mengikuti kegiatan dakwah kampus. Kegiatan seperti ini banyak membantu pergaulannya sehingga tetap istiqomah dalam berislam.
“Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu, kemudian ibumu, sekali lagi ibumu, kemudian bapakmu, kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi)
Ia terus berdo’a untuk kebaikan kedua orang tuanya, memilih berbakti dengan cara terus berbenah diri dan menjadi anak yang shaleh.
Dari perjalanan seorang Irsyadul, kita belajar bagaimana mengkondisikan hati untuk ikhlas kepada Allah SWT. Berharap kepada Allah dan selalu dekat pada orang-orang baik. Dengan kekuasaan-Nya, hidup akan dilapangkan, pintu rejeki akan dibukakan. Sebagaimana Irsyadul, pada akhirnya kedua orang tuanya menerima dia kembali sebagai anak, menyayanginya sebagaimana dulu ia disayangi sebelum hijrah.
Itulah sepenggal kisah tentang Irsyadul Ibad, seorang yang terlahir dari Rahim non muslim yang punya kegigihan untuk berislam secara kaffah dan istiqomah. Semoga kita yang terlahir sebagai anak muslim lebih semangat lagi dalam beribadah ya, Miks!
Tantangan Makmood Publishing hari ke-3