Hallo, Miks!
Seperti kita ketahui penerbit adalah jembatan antara penulis dan pembaca. Karya-karya penulis diproduksi menjadi suatu buku atau media cetak. Bisa dibilang kecerdasan suatu bangsa ditentukan oleh penerbit-penerbit yang ada di dalamnya. Karena penerbit mencetak puluhan buku atau media cetak yang berguna dan menggerakkan masyarakat di negara tersebut.
Pada awal mula penerbitan buku khazanah perbukuan masih berupa naskah-naskah yang ditemukan dalam bentuk buku maupun kumpulan-kumpulan lembaran daun lontar yang ditulis tangan. Materi yang ditulis pun beragam mulai dari naskah resmi kerajaan (perjanjian, keputusan raja) karya sastra, babad (sejarah) hingga ayat-ayat suci. Penerbitan Indonesia sebenarnya dimulai Abad 17 ketika penjajah VOC datang ke bumi Indonesia yang membawa mesin cetak. Dengan adanya mesin cetak VOC Belanda mempulikasikan berita mereka memalui berbegai macam produk. Mulai dari pamphlet, brosur, koran dan majalah. Pada akhir abad 19 terutama di Jawa, tumbuh penerbit dan percetakanmilik orang Tionghoa peranakan dan Indo-Eropa yang menerbitkan sekitar 3000 judul buku, pamflet dan terbitan lainnya sebelum kemerdekaan.
Dunia perbukuan dan penerbitan buku terus berkembang, hal tersebut bisa dilihat dari kemunculan Komisi Bacaan Rakyat. Pada tahun 1917 komisi ini berganti nama menjadi Balai Poetaka dan mulai mencetak ratusan karya, mulai dari buku dalam berbagai bahasa. Dari sinilah muncul karya sastra yang melejit hingga saat ini, seperti Siti Norbaya karya Marah Rusli, Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, dan masih banyak lainnya.
Nah, Miks bagaimana sih proses pembuatan buku atau media cetak yuk simak penjelasan dibawah ini :
- Penulis/wartawan mencari berita
Mengumpulkan berita di lapangan, yang bisa dijadikan sumber informasi kepada pembacanya. Tanpa lelah mereka meliput bahkan dalam pekerjaan mereka penuh resiko seperti meliput berita kerusuhan, bencana alam, perampokan, perang, ancaman politik. Tidak sedikit para wartawan menjadi korban dalam menjalankan pekerjaannya. Para wartawan yang berjuang untuk memberikan informasi kebenaran dan fakta lapanagan ini sangat berjasa dalam membuka mata kita tentang suatu kejadian/peristiwa yang sebelumnya tidak kita ketahui. Setelah mengumpulkan berita/data lapangan penulis/wartawan membuat tulisan yang berisi rangkuman data dan fakta yang mereka temui menjadi suatu tulisan sebelum dimasukkan ke media cetak.
- Editing
Tulisan yang disetorkan oleh penulis atau wartawan ke media cetak ini melalui proses editing, layout dan ditentukan penerbitannya.
- Mulai Mencetak Media Cetak/Buku
Dalam proses mencetak media cetak/buku layout yang sudah diedit kemudian diproses dengan mesin cetak, untuk media cetak seperti koran menggunakan mesin yang besar seperti mesin foto copy karena kertas yang digunakannya juga berukuran besar. Mesin tersebut bisa memproduksi beribu-ribu eksemplar koran, buku.
- Memasarkan Media Cetak/Buku
Setelah majadi suatu buku/koran melalui bagian pemasaran mulai dipasarkan ke para langganan, toko buku, distributor. Melalui mereka sampailah ke tangan pembaca.
- Promosi
Untuk meningkatkan penjualan buku biasanya para penerbit menggelar serangkaian promosi seperti launching buku baru dimana penulis bisa bertemu langsung dengan para pembacanya. Buku yang menjadi best saller seperti Novel Supernova promosi dengan bertemu penulis dalam hal ini Dewi Lestari juga seorang artis menjadi hal yang ditunggu-tunggu pembacanya. Mereka bisa bertemu langsung dengan Dewi Lestari dan melakukan dialog, bahkan saat membeli buku saat launching akan mendapatkan tanda tangan, gift dan foto bareng. Alhasil penjualan bukupun meningkat tajam
Miks, di zaman yang serba digital ini para penulis muda dan baru sekarang jauh lebih mudah, naskah diterbitkan dalam bentuk softfile dan menjadi buku digital. Mereka bisa membuat konten-konten di media sosial mereka sendiri. Yang terpenting meningkatkan minat membaca bagi generasi muda sekarang, dengan minat membaca yang tinggi permintaan akan bukupun juga meningkat. Semoga bermanfaat.