5 Hal yang Sebaiknya Diketahui Perempuan untuk Memutus Siklus KDRT

Hai, Miks!

Musim pandemi memberikan dampak luar biasa bagi setiap orang, baik dari sisi penghasilan, keharmonisan rumah tangga, dan model belajar mengajar. Berdasarkan informasi dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak Republik Indonesia, pada 29 Februari –10 Juni 2020 terdapat 787 kasus kekerasan terhadap perempuan (KtP) dan 523 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Angka ini mengalami penurunan yang sebelumnya di periode 1 Januari—28 Febuari 2020, terdapat 1.237 kasus KtP dan 769 KDRT.

Venetia R. Dannes yang merupakan Deputi Perlindungan Hak Perempuan, menyampaikan adanya penurunan kasus KDRT menjadi perhatian besar. Hal ini dikhawatirkan karena korban KDRT kehilangan akses untuk melaporkan apa yang dialaminya karena takut, ruang gerak menjadi terbatas terutama di daerah yang komunikasi dan transportasinya kurang mendukung.

Menurut Karel Karsten Himawan dosen psikologi Universitas Pelita Harapan, korban KDRT seringkali berasal dari rumah tangga miskin. Adanya tekanan dari sisi kesehatan, dan ekonomi, ditambah adanya PSBB, bisa menambah beban bagi banyak orang, yang dapat memicu munculnya konflik.

Korban KDRT umumnya lebih banyak perempuan. Apalagi bila kondisi ekonomi yang kurang mudah dengan kepala keluarga yang temperamental, menjadi salah satu pemicu terjadinya hal yang tidak menyenangkan dalam rumah tangga. Di sisi lain, tanggung jawab sebagai istri dan ibu bagi anaknya yang lebih banyak dari laki-laki, menjadikan seorang perempuan memiliki kerentanan terhadap fisik dan psikisnya. Kecuali ia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri lebih banyak.

Sebagai pihak yang rentan menjadi sasaran konflik rumah tangga, seorang perempuan alangkah baiknya bila memiliki kemampuan mengenali emosi yang ada pada dirinya dan keluarganya. Khususnya suaminya.

Hal yang mendasar dari siklus KDRT ini bermula adanya tumpukan emosi kurang baik yang bisa jadi berasal dari warisan orang tuanya. Ditambah dengan beban hidup yang kurang mudah. Bila siklus ini tidak diputus atau tidak ada yang berinisiatif memutus maka akan terus berlanjut ke anak keturunannya. Untuk itulah, perempuan mempunyai andil untuk menciptakan surga bagi suami dan anaknya di rumah. Ia memiliki pilihan untuk menjadi surga seutuhnya atau membuka jalan keburukan dimana ia menjadi korbannya. Di tangan perempuan jugalah siklus KDRT bisa berhenti atau terus berlanjut.

Berikut ini tips untuk memutus siklus KDRT yang sebaiknya perempuan ketahui:

1. Mengevaluasi Diri

Aktivitas perempuan sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karier, bila dievaluasi mandiri dalam kondisi tenang bisa menumbuhkan kesadaran diri. Misalnya, seharian ini apa saja yang dilakukan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga? Selain itu mengevaluasi diri juga akan memperjelas apa yang baik dan kurang baik yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan.

2. Dekat dengan Allah

Bila seorang perempuan adalah surga bagi suami dan anaknya, maka kedekatannya dengan Tuhan menjadi penguat diri untuk melakukan perbaikan. Ia pun senantiasa meminta pertolonganNya atas setiap permasalahan yang dihadapinya.

3. Merawat Diri

Merawat diri tidak hanya apa yang nampak, yang tidak tampak pun sebaiknya diperhatikan dengan baik. Jadi tidak hanya memperhatikan tampilan luar saja. Misalnya, akal yang diisi dengan informasi yang bergizi, hati yang selalu berprasangka baik.

4. Mencari Lingkungan yang Baik

Teman yang baik akan mempengaruhi hati, akal, dan perilaku. Demikian pula sebaliknya. Maka mencari teman dan lingkungan yang baik bisa menumbuhkan semangat dan menguatkan langkah untuk senantiasa dalam kebaikan yang selaras.

5. Beraktivitas Positif

Carilah aktivitas yang bisa mengalihkan dan menyembuhkan dari emosi kurang baik. Misal membersihkan rumah, jalan pagi, bersepeda, bersedekah, dan sebagainya.

Demikian tips yang bisa Anda terapkan untuk memutus siklus KDRT, Miks. Semoga tips di atas bisa memberikan manfaat untuk keharmonisan rumah tangga.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.