5 Penyebab Gagal Bertanam dengan Metode Hidroponik

Hai, Miks!

Sudah memiliki keterampilan baru di masa pandemi panjang ini? Tak dimungkiri lagi dengan adanya berbagai macam pembatasan dan sulitnya mobilisasi membuat banyak orang mendadak kreatif dan mempelajari hal-hal baru selama berdiam di rumah saja.

Salah satu hobi yang ikut naik daun selama pandemi COVID-19 adalah budidaya hidroponik. Bertanam hidroponik tidak membutuhkan lahan yang luas, unik, dan cenderung mudah sehingga banyak penggemarnya. Budaya kembali ke hidup sehat dan ingin meningkatkan imunitas tubuh juga mendorong masyarakat bertanam hidroponik sendiri di rumah karena sayuran dan buah hidroponik bisa dikatakan produk organik yang lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida, insektisida, maupun pupuk buatan pabrik.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kegagalan saat bertanam dengan cara hidroponik. Berikut ini adalah 5 di antaranya.

1. Gagal Saat Semai

Menyemai benih adalah langkah awal yang sangat penting. Benih disemai dalam media tertentu misalnya rockwool (mirip spons tapi keras, sekam, atau cocopeat). Rockwool dilubangi untuk tempat memasukkan biji yang akan disemai. Sebelumnya rockwool dicelupkan dulu ke dalam air bernutrisi.

Kesalahan saat mencampur nutrisi bisa menyebabkan PH yang tidak sesuai untuk pertumbuhan biji. Biji tidak bersemi, bahkan mengering dan membusuk. Nutrisi untuk bertanam hidroponik biasanya berupa cairan yang harus diencerkan dengan air. Perhatikan perbandingan air dan nutrisi dengan cermat karena ada perbedaan takaran untuk tahap semai dan tahap pertumbuhan. Biasanya ada petunjuk yang tertera pada kemasan atau tanyakan teknis pencampuran kepada penjual.

2. Kurangnya Cahaya Matahari

Bertanam dengan metode konvensional maupun hidroponik sangat membutuhkan cahaya matahari agar tanaman tumbuh optimal. Jemurlah semaian di tempat yang terkena sinar matahari. Para pemula mengira benih akan kepanasan dan mengering jika terpapar sinar matahari padahal tanpa penjemuran benih tidak akan tumbuh sempurna.

3. Lupa Menyiram Benih

Kesalahan yang kerap terjadi karena mengira media semai masih cukup mengandung air atau karena dianggap masih berbentuk biji sehingga tidak perlu disiram. Apalagi bagi mereka yang sibuk, kerapkali abai mengecek semaiannya.

4. Kesalahan Menyiram

Banyak kesalahan bertanam hidroponik terjadi di awal atau saat persemaian. Misalnya, pada saat media semai (rockwool) terlihat kering maka Anda dengan segera menyiramnya. Seharusnya yang disiram adalah medianya, tetapi para pemula kerap menyiram dari atas sehingga mengenai daun-daun muda yang mulai muncul. Daun yang setelah terpapar panas kemudian tersiram air akan mudah busuk dan mengakibatkan kematian saat semai.

5.Tidak Rutin Mengecek Kadar Nutrisi

Karena hidroponik tidak menggunakan tanah sebagai media, maka unsur hara diperoleh tanaman dari air yang telah diberi nutrisi khusus. Nutrisi pada air sebaiknya di cek secara berkala. Ada alat khusus untuk mengecek nutrisi ini yang banyak dijual di toko-toko tanaman atau toko khusus perlengkapan hidroponik yaitu TDS meter dan PH meter.

Alat ini perlu terutama bagi yang ingin serius berbisnis hidroponik. Untuk tanaman buah dan sayur  kadar nutrisinya pun berbeda. Oleh karena itu, untuk pemula disarankan menanam yang mudah dan tidak memerlukan perawatan yang rumit misalnya sayuran bayam, sawi, atau kangkung.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal memang diperlukan usaha, ya, Miks. Membayangkan bahagianya bisa memetik sayuran segar langsung dari pot nampaknya sebanding dengan kerja keras merawat tanaman tersebut sejak dari benih. Jadi, jangan ragu-ragu, yuk, mulai berhidroponik!

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.