Dunia Ari, dari Hobi Jadi Profesi

Hai, Miks!

Apakah Anda mempunyai hobi merajut? Atau belum pernah merajut sama sekali? Di masa pandemi, kerajinan tangan dari benang ini bisa jadi pilihan untuk mengisi waktu guna menghindari stres. Selain menyenangkan, merajut juga bisa dijadikan sumber penghasilan tambahan, lo. Berbicara tentang merajut, kita berkenalan dengan Ari Asih Pratiwi, yuk.

Ari Asih Pratiwi, Pendiri Komunitas Rajut Bogor

Perempuan berambut ikal yang akrab disapa Ari ini adalah ketua sekaligus pendiri Komunitas Rajut Bogor (KRB). Ketrampilannya merajut diawali dari rasa penasarannya menjalin benang. Lalu minat itu tumbuh menjadi keingintahuan. Ketekunannya belajar merajut selama bertahun-tahun kini tidak hanya membuahkan hasil karya yang bisa dijual, tetapi Ari juga sudah bisa berbagi ilmunya kepada orang lain. Pengalamannya mungkin bisa menjadi inspirasi bagi anda yang mau belajar merajut atau ingin tahu lebih jauh tentang kegiatan atau manfaat apa saja yang bisa didapat dari hobi ini.

Menyukai Merajut Semenjak Remaja

Ditemui kemarin, Ari bercerita banyak soal kegiatannya. Perempuan berdarah Jawa yang lahir di Medan 30 Maret 1974 ini pada waktu kecil sama sekali tidak menyukai segala jenis keterampilan tangan. Hingga suatu kali ia dikenalkan dengan ketrampilan ini oleh tantenya. Saat itu usianya baru 11 tahun. Melihat Ari kecil yang hanya diam memperhatikan, sang tante yang sedang mengerjakan pesanan karpet memberikan benang dan jarum, lalu mengajari merajut.

Anggota Pramuka yang juga baru belajar tali temali (simpul rantai) ini seperti menemukan dunianya. Sejak itu, dirinya mulai asik belajar merajut sendiri dengan mencoba-coba berbagai simpul sendiri. Beragam kreasi seperti ikat rambut, tempat pensil, dan lain-lain berhasil dibuatnya. Walau masih sederhana, ia memberanikan diri untuk menjual hasil karyanya kepada teman-teman di sekolah, SD Fransiskus Jakarta. Sambil tersenyum, ia mengenang masa itu. Dari hanya belajar satu simpul (yang bertahun kemudian baru tahu namanya Double Crochet), kini ia bisa menguasai berbagai macam teknik, bahkan berbagi ilmu dengan sesama perajut.

Bergabung dengan Orang-Orang yang Memiliki Hobi yang Sama

Perjalanan menekuni dunia rajut tidak semudah sekarang. Ari menuturkan, sekitar tahun ‘90-an selain sulit mendapatkan informasi dan teman belajar, umumnya pekerjaan ini masih dianggap identik dengan kegiatan orang tua alias nenek-nenek. Meski anggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena malu hobi ini dijalaninya dengan diam-diam. Setiap kali melihat benang darahnya berdesir. Berbagai ide lalu muncul di kepala.

Oleh karena pada masa itu belum banyak tersedia informasi mengenai tempat yang menjual kebutuhan merajut, maka hanya satu jenis benang yang dijadikan bahan utama rajutannya. Begitu pula dengan peralatan rajut lainnya. Benang kasur merupakan jenis benang yang paling sering dipakai.

Baru sekitar tahun 2004, setelah bekerja ia mendapat informasi toko yang menjual berbagai jenis bahan kerajinan tangan di salah satu mal di Jakarta. Teman-teman kantor yang mengetahui hobinya menyarankan bergabung dengan grup Milis. Pada Awal Maret 2008, Ari mulai bergabung dengan grup Mari Merajut di salah satu website. “Seneng banget, ternyata banyak juga yang punya hobi merajut seperti saya. Usianya juga masih muda-muda, sekitar 30—40 tahun”, begitu ceritanya bersemangat. Dari grup yang baru beranggotakan 200 orang ini Ari mulai bertemu dengan orang-orang yang sehobi. Sejak itu dirinya mulai mengenal lebih banyak lagi teknik merajut yang tentu saja menambah pengetahuannya.

Membentuk Komunitas Rajut Hingga Memprakarsai Hari Merajut Nasional

Tidak lama setelah itu, pertemuan di dunia maya berlanjut dengan “kopi darat”. Bertiga dengan kawan baru asal Bogor, Pido Sidabutar dan Lidya, Ari berangkat menuju Depok. Di sana, sudah menanti dua anggota Milis lainnya. Setelah pertemuan pertama itu, Ari dan kawan-kawan mulai berinisiatif mengumpulkan dan mengajak serta penyuka rajut lainnya yang tinggal di sekitar wilayah Bogor. Makin lama pesertanya bertambah. Pertemuan mulai rutin diadakan. Mereka saling bertukar pengalaman dan ilmu, juga menunjukkan hasil karya masing-masing. Inilah asal mula Komunitas Rajut Bogor yang boleh dibilang sebagai cikal bakal terbentuknya komunitas serupa di tempat lain.

Hasil-hasil pertemuan yang sering diunggah ke Milis rupanya juga menginspirasi Dydy Dyanita, salah seorang anggota Milis yang tinggal di negeri Paman Sam, yang lalu berbagi ide tentang hari merajut seperti halnya di Amerika Serikat. Gagasan perayaan yang dikenal sebagai World Wide Knitt in Public Day, kemudian diwujudkan oleh komunitas rajut asal Bogor. Maka pada Juni 2008, untuk pertama kalinya, Ari bersama Komunitas Rajut Bogor mengadakan Hari Merajut Nasional. Kegiatan yang berlangsung di Kebun Raya Bogor ini dihadiri oleh 25 orang perajut asal Bogor, Jakarta, Depok, dan Bandung.

Liputan media massa telah memberikan dampak positif yang besar. Sejak itu, anggota Milis makin hari kian bertambah hingga mencapai 400 orang dan tentu saja kegiatan merajut pun mulai digemari dan populer di kalangan usia muda.

Merajut Kini Tidak Lagi Dianggap Sebagai “Hobi Tua”

Setelah acara tersebut, dunia merajut mulai hidup dan tidak lagi dianggap sebagai “hobi tua” yang membosankan. Pada tahun 2009, Ari bersama komunitas rajutnya kemudian mengadakan Festival Rajut Indonesia. Acara yang berlangsung selama dua hari di Musium Mandiri Jakarta ini berisi pameran hasta karya, talk show, dan penjualan kerajinan tangan anak bangsa.

Berdasarkan data yang diterima, kurang lebih ada 1000 orang yang hadir dan ikut berpartisipasi. Boleh dibilang ini acara nasional pertama dan sukses yang diselenggarakan di tingkat nasional. Kini, beragam acara seputar rajut sudah tidak asing lagi dan sering diadakan di berbagai kota. Seperti misalnya acara Literasi Hastakarya yang baru selesai berlangsung di Blitar pada September 2020 yang lalu.

Saat ini, Merajut Tidak Sekadar Hobi, tetapi Bisa Menjadi Profesi

Keberadaan komunitas merajut, banyaknya pelatihan-pelatihan, pameran, serta kemudahan informasi seputar ketrampilan merajut, kini telah menjadikan ketrampilan ini sebagai salah satu hobi yang digemari lintas usia. Merajut bahkan tidak lagi sekadar hobi. Keahlian merajut bisa menjadi sebuah profesi, seperti yang dilakoni oleh Ari. Kesibukannya sebagai trainer, guru private, juga membuat tutorial merajut telah menjadikan kegiatan ini sebagai profesi yang patut untuk di apresiasi.

Ternyata hobi  merajut itu menarik, ya. Jika dilakukan dengan tekun banyak manfaat yang bisa dipetik. Mengakhiri perbincangan, terlepas sekadar hobi atau ingin menjadikannya profesi, Ari berpesan bagi siapa pun yang ingin bisa merajut agar tidak mudah menyerah. Teruslah menggali ilmu dan juga jangan pernah takut salah. Karena setiap kreasi adalah karya seni, dan bisa dikembangkan sendiri sesuai imajinasi masing-masing. Selamat merajut, Miks!

 

Tinggalkan komentar