Bertakziah atau Melayat, Inilah Adab yang Harus Diperhatikan

Halo, Miks!

Hampir setiap hari kita mendengar kabar duka dari orang-orang terdekat. Bisa dari tetangga,  saudara, atau teman. Seketika  seperti diingatkan, kapan giliran kita selanjutnya? Pasti hati kecil kita berbisik, “Rasanya belum siap karena ‘bekal’ belum maksimal.”

Lalu, bagaimana adab kita saat bertakziah atau melayat? Beberapa hal di bawah ini sekiranya bisa menjadi perhatian:

1. Waktu

Andai yang meninggal adalah tetangga, maka takziah atau melayat bisa dilakukan di hari yang sama. Datang seawal mungkin untuk membantu pihak keluarga merawat jenazah atau paling lambat satu jam sebelum jenazah diberangkatkan.

Apabila yang meninggal adalah teman yang tinggal di lain kota, minimal langsung mengirimkan ungkapan belasungkawa melalui pesan HP. Sampaikan duka cita mendalam dan panjatkan doa. Kalau dimungkinkan berangkatlah takziah di hari lain, tetapi andai tidak takziah atau melayat pun tidak apa-apa.

2. Pakaian

Bertakziah atau melayat bukan seperti hadir pada acara pesta atau pergi ke pasar. Gunakan pakaian yang sopan dan bersih. Warna pakaian jangan sampai terlalu mencolok hingga menjadi pusat perhatian. Warna yang paling umum adalah hitam, putih, abu-abu, atau biru. Jangan pula berdandan menor, ya. Sederhana saja.

Namun, lain halnya kalau berita duka diterima pada jam kerja kantor, maka bisa jadi rombongan satu kantor teman yang meninggal ini akan berangkat takziah dari kantor dan tidak mungkin berganti baju, maka berbaju seragam kantor pun tidak masalah. Hal ini akan sangat dimaklumi.

3. Jangan Gunakan Perhiasan

Saat datang bertakziah atau melayat lebih baik jika tidak memakai perhiasan yang berlebihan. Gelang ronceng, cincin berlian, kalung yang menjuntai hingga ke dada. Ini jelas tidak ada manfaatnya sama sekali. Terlalu mencolok perhatian dan mengundang risiko kejahatan. Simpan saja perhiasan-perhiasan itu di rumah.

4. Jangan Bertanya

Ini yang  sering dilakukan orang saat bertakziah atau melayat. Pertanyaan “meninggal karena apa? Kok, bisa?” Selalu spontan disampaikan saat bertemu muka dengan istri atau suami pasangan yang meninggal. Seperti ini jelas kurang baik karena suami atau istri yang ditinggalkan menjadi sedih dan kembali menangis. Cukup pegang tangannya, peluk, sampaikan duka cita, dan jangan tanyakan apa-apa. Jangan lupa, duduk sebentar melihat jenazah dan mendoakan.

5. Tampakkan Wajah Berduka

Saat mulai masuk area tempat tinggal jenazah, kemudian bertemu dengan suami atau istri dari yang meninggal, tampakkan wajah berduka. Jangan terlalu banyak tersenyum atau bahkan tertawa yang bisa menyinggung perasaan keluarga yang tengah berduka. Mungkin tidak bisa menahan tangis, boleh saja asal bukan tangisan yang meraung-raung. Sikap yang seperti ini justru akan menganggu.

6. Jangan Sibuk Sendiri

Usahakan pada saat mulai masuk area, volume suara HP dikecilkan. Misalkan harus menerima telepon, menyingkirlah menjauhi area supaya suara kita tidak mengganggu tamu-tamu yang ada di lokasi. Juga jangan sibuk mengobrol, hal ini terlihat kurang baik juga.

Jangan pula sibuk berfoto dengan sesama teman yang bertakziah. Hal ini kurang pas dilakukan di suasana berduka. Duduk atau berdiri diam, ikuti acara dengan khidmat. Kalau pun harus berfoto dengan siapa pun, lakukan sedikit jauh dari area rumah jenazah dan setelah prosesi acara selesai.

7. Boleh Bawa Anak atau Tidak?

Kalau anak sudah bukan balita lagi dan dirasa tidak merepotkan, boleh-boleh saja membawa anak. Inilah saat yang tepat untuk memberikan pemahaman tentang kematian, kesedihan, dan kehilangan. Namun, andai anak masih terlalu kecil, jangan dipaksakan. Misal masih ada anak balita yang tidak bisa ditinggal, tidak takziah atau melayat pun tidak apa-apa.

“Sebaik-baiknya nasihat adalah kematian.” Berarti dengan kita bertakziah atau melayat, ada pelajaran berharga yang bisa diambil. Kita harus selalu siap kapan pun malaikat maut datang menjemput. Fokus saja dengan melakukan banyak kebaikan karena kita tidak tahu kebaikan mana yang akan membawa kita ke Surga-Nya.

Tinggalkan komentar