Waspadai 5 Kesalahan Ini dalam Mendidik Anak

Halo, Miks!

Apakah Anda memilki anak ? tentunya kita semua sayang dengan anak kita. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya.  Mereka rela melakukan apa saja, asal anaknya bahagia.

Namun, banyak orang tua  tidak paham bagaimana cara menyayangi anak yang benar agar tidak merusak fitrah  yang telah dianugrahkan oleh Allah.  Dalam hal ini, orang tua melakukan kesalahan pengasuhan yang tidak disadari sehingga merusak fitrah anak itu sendiri. Apa sajakah kesahalahan dalam pengasuhan yang dilakukan orang tua, mari kita simak uraian berikut ini.

1. Anak Tidak Diberi Tanggung Jawab

Mengajarkan disiplin kepada anak adalah  proses pendidikan. Anak diberi tanggung jawab sejak kecil sehingga ketika besar ia mampu bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Namun, adakalanya orang tua yang menghilangkan rasa tanggung jawab yang tumbuh dalam diri anak. Sebagai contoh, ketika mendapati anak jatuh, orang tua, nenek-kakek, atau pengasuhnya memukul lantai sambil berkata,“Nakal, ya, lantainya! Bikin jatuh.”  Akibatnya, anak akan menyalahkan lantai bukan mengoreksi diri sendiri atas kelalaiannya.

Sebaliknya, kita bisa menghibur anak dengan menanggapi secara ceria dan mengajarkan anak untuk lebih hati-hati serta sama-sama mengajak anak instropeksi atas kelalaiannya.

2. Menanamkan Keyakinan yang Salah

Keyakinan adalah pondasi yang kuat dalam diri anak yang akan dibawa sampai anak dewasa maka kita harus menanamkan keyakinan dan akidah yang benar untuk anak agar tidak salah langkah ketika dewasa.

Adakalanya karena satu dan lain hal kita telah menanamkan keyakinan yang salah terhadap anak. Sebagai contoh, ketika kita meminta mereka untuk belajar Matematika dengan mengatakan, “Ayo, belajar! Matematika itu sulit maka harus belajar yang rajin. Kita katakan berulang-ulang sehingga tertanam dalam keyakinan anak bahwa Matematika itu sulit.

Disadari atau tidak, banyak pertanyataan dan keyakinan keliru kita tanamkan kepada anak. Contoh lain, “Jangan minum es nanti sakit,” atau “Jangan lari-lari nanti jatuh,” atau “Jangan main hujan nanti sakit.” Jika sering kita ucapkan maka akan tertanam dalam ingatan dan keyakinan anak.

3. Ajaran Berbohong

Sesungguhnya tidak ada orang tua yang mengajarkan anaknya berbohong. Namun, tanpa disadari terkadang secara tidak langsung kita telah mengajarkan anak kita berbohong. Sebagai contoh, seorang ibu ingin ke luar rumah dan ia tidak ingin membawa anaknya karena repot atau lain hal. Demi tidak ingin melihat anaknya menangis, ia berbohong dengan mengatakan akan ke rumah sakit.

Dalam hal lain, berbohong dengan menjanjikan sesuatu kepada anak dengan harapan anak berhenti menangis atau merengek. Berbohong seperti ini keliahatannya sepele, tetapi berakibat fatal. Akan tertanam dalam diri anak bahwa berbohong itu dibolehkan.

4. Melabeli Anak

Memberikan label kepada anak bisa yang positif atau negatif. Untuk yang positif seperti hebat, cantik, pintar, dan sebagainya. Ada pun yang negatif seperti lelet, cengeng, manja, dan lain sebagainya. Selama ini kita beranggapan bahwa label yang negatiff akan merusak anak. Ternyata, label positipun bisa berbahaya bagi anak. Catherine Scott dalam bukunya Learn to Teach menyebutkan bahwa memberi label positif menyebabkan anak menjadi sombong , terlalu fokus pada hak, dan suka menyalahkan orang lain ketika megalami kesulitan.

5. Melupakan Hal Sepele

Banyak hal sepele dalam pendidikan anak yang kadang terabaikan. Orang tua cenderung memperhatikan hal-hal besar seperti prestasi anak di sekolah, kerberhasilan yang diraih dari berbagai macam perlombaan. Hal sepele seperti meminta maaf, berterima kasih, menunjukan kasih sayang, dan memuji luput dari perhatian sehingga anak menganggap bahwa itu bukan hal yang harus diperhatikan. Anak tumbuh menjadi pribadi yang kurang beradab. Walaupun sepele, tetapi itu adalah akhlak dan adab yang harus ditanamkan dari kecil. Sebab, mulia seorang manusia dilihat dari akhlak dan adabnya.

Demikianlah lima poin kesalahan dalam pengasuhan dan pendidikan anak yang  kadang terabaikan tanpa disadari oleh orang tua. Semoga bisa jadi pengingat bagi diri kita agar tidak terulang dalam pendidikan anak-anak kita. Di samping itu agar fitrah dalam diri anak yang telah  dianugrahkan oleh Allah dapat kita arahkan sebagaimana mestinya.

Tinggalkan komentar